Tanggal 22 April setiap tahun diperingati
sebagai Hari Bumi (Earth Day). Inisiatif yang dimulai sejak tahun 1970 ini
dimaksudkan untuk menjadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik untuk
ditinggali. Mengapa harus demikian yang
kita harapkan kepada generasi penerus bagaimana ?
Faktanya, dewasa ini bumi terasa kian tidak nyaman dihuni. Salah satu yang
paling mengemuka adalah masalah perubahan iklim.
Memang benar bahwa pada dasarnya bumi selalu
mengalami perubahan iklim. Hanya saja, pada masa lampau perubahan tersebut
berlangsung secara alami dan memakan waktu yang sangat lambat. Dewasa ini,
perubahan iklim terjadi akibat ulah manusia sehingga terjadinya sangat cepat
dan drastis. Efek rumah kaca (greenhouse effect) yang sejatinya terjadi secara
alami, yaitu proses di mana atmosfer bumi menangkap energi matahari yang
menghangatkan bumi dan mendukung kehidupan di atasnya, kini mengalami banyak
penyimpangan.
Atmosfer bumi mengandung gas rumah kaca
(GRK) seperti karbon dioksida dan metana, yang memiliki kemampuan menangkap
sinar inframerah matahari yang dipantulkan bumi. Semakin besar jumlah GRK dalam
atmosfer maka semakin bumi pun semakin panas. Hal itulah yang menjadi penyebab
mengapa iklim bumi dewasa ini kian hari kian minggu kian bulan kian tahun makin
panas.
Dari mana datangnya GRK? Karbon dioksida adalah gas yang terbentuk secara
alamiah. Namun, gas tersebut juga dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil
seperti pada kendaraan bermotor, perubahan penggunaan lahan, serta proses
industri. Karbon dioksida merupakan GRK pokok yang memengaruhi keseimbangan
radiasi bumi dan menjadi referensi untuk mengukur GRK yang lain, Pada bulan
Maret 2006, kadar karbon dioksida adalah 381 ppm100 ppm di atas rata-rata kadar
pada masa pra-industri.
Sementara itu, metana adalah gas yang
dihasilkan antara lain oleh tumpukan sampah. Dengan demikian, tindakan membuang
sampah sembarangan serta pengelolaan sampah yang kurang balk turut berkontribusi
terhadap perubahan iklim yang mendatangkan pemanasan global.
Dapat dilihat di berbagai tempat di Indonesia, umumnya pengelolaan
sampah diartikan sebagai membuang sampah jauh-jauh atau akrab dikenal sebagai
TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Padahal, cara tersebut hanya memindahkan masalah
dari satu tempat ke tempat lain. Dan, yang pasti, tumpukan sampah tersebut akan
menghasilkan gas metana yang membuat bumi kian gerah
Beruntung dewasa ini semakin suara-suara
yang menggemakan perlunya kepedulian terhadap nasib bumi di kemudian hari.
Dunia otomotif-sebagai salah satu pihak yang paling bertanggung jawab atas
semakin tingginya polusi akibat kendaraan bermotor kini mulai terpacu untuk
menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.
Seperti diutarakan Chief of Corporate
Planning Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN Irwan Priyantoko, visi
jangka panjang perusahaannya adalah membangun kendaraan yang ramal lingkungan
atau "eco car'. Dewasa ini, Toyota sedang mengembangkan sejumlah model
kendaraan hybrid, bahkan yang betul-betul tidak menggunakan bensin. Tidal hanya
di produk, dengan kebijakan "kaizen" atau perbaikan terus menerus
(continuous improvemenf), Toyota juga mengupayakan agar pabriknya menjadi
"eco-friendly plant'. Hanya saja, terutama d Indonesia, kendalanya adalah
masalah infrastruktur, seperti kualitas bahan bakar, kondisi jalan, hingga,
daya beli masyarakat, yang mem buat produk ramah lingkungan seperti kendaraan
hybrid belum menjadi prioritas.
Pabrikan mobil Honda juga termasuk pihak
yang mengembangkan mobil hybrid. Seperti dijelaskan Director Marketing &
After Sales Service PT Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy, sudah sepatutnya
teknologi hybrid dipelajari karena trennya mengarah ke sana, seperti teknologi
solar cell, hidrogen, dan lain sebagainya. Bahkan, Honda sudah memperkenalkan
mobil hybrid di Indonesia, melalui produk Honda Civic Hybrid.
Penghematan energi juga dapat menjadi salah
satu langkah kepedulian terhadap nasib bumi. Misalnya saja dengan menggunakan
peranti rumah tangga yang ramah lingkungan. Seperti diketahui, semakin panasnya
suhu bumi membuat banyak rumah tangga menggunakan penyejuk udara (AC).
Perangkat ini termasuk salah satu penyedot energi (listrik) yang sangat rakus.
Produsen peranti rumah tangga kenamaan, Panasonic, telah mengembangkan produk
ramah lingkungan, seperti dilakukan melalui AC Envio yang menggunakan teknologi
inverter yang berfungsi mengatur kinerja kompresor. Dengan demikian, proses
pendinginan dapat lebih optimal namun tetap hemat listrik.
Satu lagi inisiatif yang cukup signifikan
sebagai aksi kepedulian terhadap bumi adalah melalui kegiatan yang diberi nama
Green Festival. Aksi ini dimotori lima pihak yang tergabung dalam Green
Inisiative Forum (GIF) sebagai kelanjutan dari Konferensi Internasional tentang
Perubahan lklim yang digelar akhir tahun lalu, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk,
Kompas, FeMale Radio, MetroTV, dan Pertamina.